Oleh: Mesa Muslih
(Ketua PDPM Kota
Mataram)
Penyebaran dakwah
Muhammadiyah di NTB di awal kelahirannya cukup terorganisir. Dalam waktu
beberapa tahun saja, organisasi ini sudah menyebar di seluruh wilayah NTB.
--------
Meski kegiatan dakwah
Muhammadiyah baru terlihat sekitar tahun 1930 saat Ust Umar Faroqi datang ke
NTB, gerakan dakwah Muhammadiyah sebenarnya telah berlangsung lama sebelum itu.
Aktivis dakwah Muhammadiyah diyakini masuk pertama kali di NTB sekitar tahun
1918, atau enam tahun setelah Muhammadiyah dilahirkan pada tahun 1912.
Berdasarkan data
tersebut, bisa dikatakan Muhammadiyah merupakan organisasi Islam modern kedua
yang mengembangkan sayap dakwahnya di NTB. Sekitar dua tahun sebelumnya atau
tahun 1916, Sarikat Islam dikabarkan telah lebih dahulu masuk ke NTB.
Gerakan dakwah
Muhammadiyah di NTB di masa awal, hanya terbatas di kalangan tertentu. Kuatnya
tradisi Tahayul, Bidah dan Churafat yang dianut sebagian besar masyarakat Islam
NTB saat itu, membuat gerakan dakwah Muhammadiyah belum bisa berkembang
optimal.
‘’Muhammadiyah
praktis hanya menyebar di kalangan anak muda dan kaum intelektual pada saat
itu,’’ kata sesepuh Muhammadiyah NTB Lukmanul Hakim.
Namun para dai Muhammadiyah pada saat itu tidak
surut untuk terus berdakwah. Mereka dipacu berdakwah dengan tujuan utama
memurnikan ajaran Islam dari tradisi-tradisi yang berkembang di masyarakat.
Gencarnya gerakan kristenisasi oleh penjajah Belanda juga makin memicu semangat
anak-anak muda Muhammadiyah ini untuk tidak surut berdakwah.
Saat melaksanakan
gerakan dakwah tersebut, para kader Muhammadiyah mendapat tantangan keras,
termasuk dari masyarakat Islam pada saat itu. Tak heran banyak tokoh
Muhammadiyah yang mendapat ancaman teror bahkan sampai pengusiran dari tempat tinggalnya.
‘’Masyarakat
Islam pada saat itu banyak yang mengganggap gerakan dakwah Muhammadiyah membawa
ajaran Wahabi, yang dianggap mereka sesat. Itulah yang membuat gerakan dakwah
Muhammadiyah sering mendapat penolakan keras,’’ tutur Lukmanul Hakim.
Dicontohkan, di
Praya Lombok Tengah misalnya, upaya peresmian kepengurusan Ranting Muhammadiyah
setempat pada tahun 1939 harus gagal karena penolakan masyarakat setempat. Pada
tahun 1951 sempat juga diupayakan pendirian kepengurusan Muhammadiyah di Praya,
namun kembali gagal. Barulah pada tahun 1964 kepengurusan ranting Muhammadiyah
di Praya terbentuk dengan ketuanya HA Wahid. Sedangkan kepengurusan cabang kepengurusan Muhammadiyah Praya baru
terbentuk pada tahun 1987.
Meski demikian,
aktivis Muhammadiyah yang dimotori kalangan muda, terus melaksanakan gerakan
dakwah Muhammadiyah, meski tidak terorganisir dalam wadah organisasi yang kuat.
Contohnya pada tahun 1951, kader Muhammadiyah setempat mulai menggelar sholat
Id di lapangan, dimana pada saat itu di Praya sholat Id hanya dilakukan di
dalam masjid,
Berbeda dengan
Praya, di daerah lain di NTB, gerakan dakwah Muhammadiyah terus berkembang. Di
tahun 1933 ranting Muhammadiyah berdiri dengan resmi untuk pertama kalinya di
Desa Lekok Gangga Lombok Utara. Selanjutnya pada tahun 1936 kepengurusan
ranting Muhammadiyah juga terbentuk di Mataram.Pada tahun yang sama,
Muhammadiyah untuk pertama kalinya juga berhasil dibentuk di Lombok Timur
dengan ketua pertamanya Sulaemi Jogosudarmo.
Peresmian
berdirinya cabang Muhammadiyah Lombok Timur ini saat itu dihadiri langsung
pimpinan pusat Muhammadiyah KH Mas Mansyur dan KH A Badawi. Pada tahun 1936 itu
juga Muhammadiyah resmi berdiri di Lombok Tengah, khususnya di Kopang. Sejumlah
nama tercatat sebagai pendiri Muhammadiyah di Kopang, antara lain Mamiq
Sutawang, HM Wasal, dan H Agus Maryuni yang merupakan anak tokoh setempat Raden
Wing.
Namun dalam arsip
PWM, gerakan dakwah Muhammadiyah di Lombok Tengah sudah lama berlangsung di
desa Suradadi. Dimana penyebar dakwah Muhammadiyah di desa ini adalah adik tiri
KH Mas Mansyur sendiri Anwar Ahmad dan Harun Al Rasyid.
Sedangkan di
Pulau Sumbawa, Muhammadiyah mulai berdiri sekitar tahun 1937 di Bima dan 1939
di Sumbawa. Di Sumbawa Muhammadiyah terbentuk pertama kali di Sumbawa Besar
dengan status Ranting. Namun sekitar tahun 1940, status kepengurusan
Muihyammadiyah di Suambawa Besar meningkat menjadi cabang.
Menilik data
tersebut, terkesan pada awal berdirinya gerakan Muhammadiyah cukup
terorganisir. Hanya dalam jangka waktu kurang dari dua tahun, kepengurusan
Muhammadiyah telah terbentuk di semua kabupaten di NTB pada saat itu, meski
dalam bentuk ranting dan cabang.
(Bersambung)
mantab
BalasHapusbaca juga fatwa muhammadiyah
pusat naturgo